Minggu, 05 September 2010

YAYAT PADE DAN SANGGAR SENINYA


S

anggar Lukis Yayat Pade, begitu saya menamakan kelompok belajar menggambar dan melukis yang di asuh Yayat panggilan akrab Muh. Hidayat yang mengaku tidak mempunyai nama untuk kelompok privatnya. Yayat Pade adalah alumni jurusan seni rupa Universitas Negeri Makassar yang mengajar di sekolah dasar swasta, MENARA SANTO MARTINUS di Jl. Timor dan juga mengajar di KIDS BASE Tamalate, sebuah yayasan pendidikan anak luar sekolah yang kebanyakan murid muridnya anak-anak hiperaktif bahkan autis. Selain itu Yayat Pade membuka kelas menggambar diluar jam sekolah dengan memberikan Les dan privat dari rumah ke rumah. Usia muridnya pun relatif, mulai dari anak usia SD sampai mahasiswa bahkan ada yang telah bekerja.

Untuk Kelas privat saat ini murid Yayat Pade berjumlah 7 orang. Memang terlihat sedikit, karena menurutnya jumlah itu sudah ideal baginya untuk membagi waktu luangnya. 3 orang murid SD, 1 orang murid SMA, mahasiswa, dan 2 orang pegawai kantoran. Dari ketujuh murid-murid sanggar ini cuma 4 orang saja yang masih aktif, yakni 2 murid usia SD dan 2 Murid dewasa selebihnya murid-murid lainnya sedang istirahat belajar. Metode pengajaran Yayat sebenarnya cukup sederhana, 1x pertemuan perminggu selama 2 jam, materi pembelajaran yang diajarkannya-pun relatif sederhana seperti pengenalan alat, cara mewarnai dan menggambar bentuk, dll. Namun lebih khusus dia cukup melihat tingkatan umur muridnya. Untuk usia anak-anak, Yayat Pade lebih menekankan pada metode menggambar bebas, pewarnaan dan pengenalan objek. Untuk orang dewasa, Yayat pade disini lebih mengutamakan penguasaan alat-alat untuk melukis dan menggambar bentuk. Kelihatannya memang sedikit berbeda tetapi menurutnya sebenarnya hampir sama, cuma waktu yang dia bebankan untuk murid usia anak-anak lebih lama pada proses kreatif mereka. Anak-anak katanya lebih diutamakan berekspresi sendiri dengan menggunakan imajinasinya dari pada diminta meniru/menggambar objek. Secara teknis Yayat Pade memberikan kebebasan untuk menggambar apa saja kemudian mengajarkan teknik dan cara mewarnai, disini Yayat juga memberikan kebebebasan untuk memilih warna sesuai dengan keinginan anak. Apakah itu terlihat kontras atau tidak, serasi atau tidak, muridnya bebas memakai warna apapun yang diinginkan dan disukai, yang penting obyeknya tetap terlihat menarik dan utuh.

Untuk murid dewasa, Yayat Pade mulai mengajarkan metode menggambar bentuk kemudian mewarnai sampai pengenalan alat dan bahan-bahan melukis. Teknisnya tetap mengacu dengan apa yang telah didapatkan di bangku kuliah dulu, tetapi sekali lagi Yayat Pade memberikan kebebasan untuk menggambar apa yang disenangi dan mewarnainya dengan secara bebas pula. Dalam hal ini Yayat sepertinya tidak terlalu memaksakan muridnya untuk melukis/menggambar seperti pelukis-pelukis kebanyakan yang harus realis dan naturalis, atau mengikuti aliran apalah, mereka hanya didorong dan diarahkan membuat karya sesuai kemampuan dan bakat yang dimiliknya.

Disini privat nanti dianggap selesai jika murid-muridnya telah berhasil menguasai pewarnaan dan membuat karya-karya sesuai dengan kemampuannya masing-masing, entah karya itu layak dipamerkan atau tidak, jelasnya kepuasan dari muridnya yang Yayat utamakan. Metode yang digunakan Yayat Pade terhadap sanggarnya ini juga diterapkan pada murid-murid sekolah tempat mengajarnya yakni di ST. Martinus dan Kids Base, walaupun semula mendapatkan banyak protes dari para orang tua murid dan beberapa guru yang merasa murid-murid yang diasuh Yayat terlalu banyak main-mainnya. Tetapi itulah metode yang dipercaya oleh Yayat yang paling ampuh dalam mengajarkan seni karena terbukti dalam evaluasinya murid-murid yang senang dalam pelajaran seni terlihat kemajuannya dalam mata pelajaran lain semenjak kreatifitas mereka diasah dalam ilmu menggambar. Kalaupun ada murid yang tidak senang mengikuti kelas seninya ia menganggap murid itu memiliki kelainan atau kekurangan dan itu dibuktikan dengan melihat pelajaran-pelajaran lainnya yang pasti juga rendah nilainya.

Dari apa yang telah saya dapatkan dari hasil wawancara dengan Yayat Pade, saya menyimpulkan bahwa sebenarnya Yayat Pade dengan sanggar seninya ataupun dalam proses belajar mengajarnya berusaha tetap mengacu pada konteks disiplin ilmu yang mengajarkan ilmu seni rupa sesuai dengan metode-metode keterampilan kesenirupaan, tetapi konteks pendidikan berbasis anak terlihat lebih di utamakan dengan diberikannya kebebasan untuk berekspresi kepada murid-muridnya dengan tidak adanya ketentuan atau aturan dalam belajar menggambar/melukis itu harus terlihat bagus menurut kaidah kesenirupaan seperti harus naturalis dan realis. Karena selain berusaha membuat murid-muridnya terampil dalam berkarya serta kreatif Yayat juga berusaha membiarkan muridnya senang dan bangga dengan hasil karyanya sendiri tanpa harus mengikuti karya-karya orang lain.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DISIPLIN ILMU PENTING TETAPI KEBAHAGIAAN ANAK JUGA HARUS DIUTAMAKAN.

D

ari penjelasan mata kuliah beberapa minggu lalu disebutkan ada 3 pendekatan dalam mengajarkan pendidikan seni yang disebut konsep segitiga. Pertama konteks pendidikan berbasis anak, kedua konteks pendidikan berbasis disiplin ilmu, ketiga konteks yang terkait untuk kepentingan masyarakat.

Secara pribadi pendidikan seni menurut saya lebih ideal jika tetap memakai konteks disiplin ilmu tetapi juga harus mementingkan kebutuhan dan kesenangan peserta didik. Kenapa saya memilih dua pendekatan ini karena menurut saya dengan mengajarkan ilmu seni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang disertai kebebasan berespresi merupakan dasar yang kuat serta modal utama bagi peserta didik dalam mengembangkan diri, karena tidak selamanya peserta didik itu berbakat menjadi seorang seniman atau pekerja seni. Tetapi dengan bekal keilmuan seni yang didapatkan secara benar dan lapang(menggembirakan) diharapkan mampu mengantarkan peserta didik mencapai kehidupan dan pekerjaan yang ideal yang tetap mengandalkan rasa estetik mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar